Oleh : Suripah, S.Kom.I (Penyuluh Agama Islam KUA Kec. Talang Empat )
Generasi milenial adalah
generasi yang tumbuh di era serba digital, di mana modernitas dan perubahan
global sangat cepat mempengaruhi gaya hidup. Tantangan terbesar bagi generasi
Muslim milenial adalah bagaimana menjaga identitas keislaman mereka tanpa
kehilangan relevansi di tengah arus modernitas yang kian deras. Islam
mengajarkan keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara kemajuan teknologi
dan akhlak yang terjaga.
Allah SWT berfirman, "Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia"
(QS. Al-Qashash: 77). Ayat ini menunjukkan bahwa Islam tidak melarang umatnya
untuk maju dan berkembang di bidang duniawi, namun tetap harus berpegang pada
nilai-nilai agama.
Generasi Muslim milenial harus
mampu memilah mana yang sesuai dengan nilai Islam dan mana yang bertentangan.
Modernitas menawarkan kemudahan dan gaya hidup baru, namun juga membawa
tantangan berupa gaya hidup konsumtif, hedonisme, dan hilangnya rasa tanggung
jawab terhadap ajaran agama. Oleh karena itu, penting bagi generasi ini untuk
menjadikan Al-Qur’an dan sunnah sebagai kompas dalam menjalani kehidupan
modern.
Rasulullah SAW bersabda, “Aku
tinggalkan untuk kalian dua perkara, yang kalian tidak akan tersesat selama
kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”
(HR. Malik). Hadis ini menjadi pedoman agar generasi Muslim tetap berpijak pada
nilai-nilai Islam di tengah derasnya perubahan zaman.
Identitas Islam bukan hanya
sebatas simbol atau pakaian, tetapi lebih pada nilai dan prinsip hidup yang
diterapkan sehari-hari. Sifat jujur, amanah, rendah hati, dan tolong-menolong
adalah bagian dari identitas Muslim yang seharusnya terus dipertahankan,
meskipun tantangan budaya modern seringkali menggoda untuk meninggalkannya.
Media sosial menjadi salah satu
medan ujian bagi generasi Muslim milenial. Di satu sisi, media sosial adalah
sarana untuk menebar kebaikan dan dakwah, namun di sisi lain bisa menjadi
tempat yang mendorong perilaku riya, pamer, dan menghabiskan waktu pada hal
yang tidak bermanfaat. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang
mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah
kepada Allah agar kamu mendapat rahmat” (QS. Al-Hujurat: 10).
Generasi Muslim milenial juga
dihadapkan pada tantangan dalam menjaga ukhuwah Islamiyah dan solidaritas
sesama Muslim, di tengah budaya individualisme yang kian menguat. Islam
mengajarkan pentingnya menjaga persatuan dan saling membantu dalam kebaikan di
tengah masyarakat modern yang semakin cenderung mementingkan diri sendiri.
Di sisi lain, modernitas juga
memberi peluang besar bagi generasi Muslim untuk berkontribusi lebih luas di
berbagai bidang seperti sains, teknologi, ekonomi, dan budaya, tanpa harus
meninggalkan prinsip Islam. Banyak tokoh muda Muslim yang menjadi inspirasi
karena mampu menunjukkan bahwa identitas keislaman bisa berjalan selaras dengan
kemajuan.
Sebagai khalifah di bumi,
generasi milenial Muslim harus menjadi teladan yang menunjukkan bahwa Islam
adalah agama yang dinamis dan mampu menjawab tantangan zaman. Allah SWT
berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga
mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar-Ra’d:
11). Perubahan menuju kebaikan dimulai dari kesadaran diri untuk tetap teguh
pada identitas Islam.
Dengan tetap memegang
nilai-nilai Islam, generasi Muslim milenial tidak hanya akan menjadi pribadi
yang sukses di dunia, tetapi juga di akhirat. Semoga generasi ini mampu menjadi
penerus yang menjaga dan menyebarkan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil
‘alamin di tengah modernitas yang terus berkembang.