Nama : Fenti Aisyah, S.H.I
Unit Kerja : Kanto Urusan Agama (KUA) Kec.
Talang Empat
Penyuluh Agama Islam KementerianAgama
Kabupaten Bengkulu Tengah
Di era digital
yang serba cepat ini, remaja Gen Z menghadapi berbagai tantangan dalam menjaga
keimanan mereka. Kemajuan teknologi telah membawa banyak manfaat, tetapi juga
menimbulkan berbagai godaan dan distraksi yang dapat mengalihkan perhatian dari
nilai-nilai spiritual. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk memahami
tantangan yang ada serta mencari solusi yang tepat agar tetap teguh dalam
keimanan.
Tantangan
Keimanan di Era Digital
Salah satu
tantangan terbesar adalah derasnya arus informasi yang sering kali bertentangan
dengan nilai-nilai agama. Media sosial, platform streaming, dan internet secara
umum menghadirkan berbagai konten yang bisa memengaruhi pola pikir dan gaya
hidup. Tanpa filter yang baik, remaja bisa terjebak dalam tren negatif yang
menjauhkan mereka dari ajaran agama.
Selain itu,
kemudahan akses ke hiburan digital dapat menyebabkan kecanduan dan mengurangi
waktu untuk beribadah. Banyak remaja lebih memilih menghabiskan waktu
berjam-jam di media sosial atau bermain game dibandingkan membaca kitab suci
atau berdoa. Rutinitas keagamaan pun menjadi tergeser oleh kesibukan dunia maya
yang tidak selalu membawa manfaat.
Tantangan
lainnya adalah munculnya keraguan dalam beragama akibat berbagai pemikiran
skeptis yang beredar luas di internet. Dengan akses tak terbatas ke berbagai
sudut pandang, banyak remaja mulai mempertanyakan keyakinan mereka tanpa
memiliki pemahaman yang cukup untuk memilah mana yang benar dan mana yang hanya
sekadar opini atau misinformasi.
Solusi
untuk Menjaga Keimanan
Untuk menghadapi
tantangan ini, remaja perlu membangun kesadaran akan pentingnya keseimbangan
antara dunia digital dan spiritualitas. Salah satu caranya adalah dengan
menerapkan kontrol diri dalam penggunaan teknologi. Menetapkan waktu khusus
untuk beribadah dan menghindari penggunaan gadget sebelum atau sesudahnya dapat
membantu meningkatkan kualitas ibadah.
Selain itu,
remaja juga perlu selektif dalam mengonsumsi konten digital. Mengikuti
akun-akun yang menyebarkan nilai-nilai keagamaan, mendengarkan ceramah online,
atau membaca buku digital tentang spiritualitas bisa menjadi cara yang efektif
untuk memperkuat keimanan di era digital ini.
Bergabung dalam
komunitas keagamaan, baik secara offline maupun online, juga dapat membantu.
Lingkungan yang positif akan memberikan dukungan moral dan memperkuat
keyakinan. Forum diskusi atau kajian keagamaan di media sosial bisa menjadi
alternatif bagi remaja yang ingin memperdalam pemahaman agama mereka.
Selain itu,
penting bagi remaja untuk membangun hubungan yang lebih kuat dengan keluarga
dalam aspek keagamaan. Berdiskusi dengan orang tua atau saudara tentang
nilai-nilai spiritual dapat membantu memperkuat keimanan dan menjauhkan dari
pengaruh negatif dunia digital.
Terakhir, selalu
mengingat bahwa teknologi bisa menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan
dengan bijak. Menggunakan media sosial untuk menyebarkan kebaikan, berdakwah,
atau mencari inspirasi keagamaan dapat menjadikan dunia digital sebagai sarana
untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, bukan sebaliknya.
Dengan
menerapkan solusi-solusi tersebut, remaja Gen Z dapat tetap teguh dalam
keimanan mereka di tengah arus digital yang semakin deras. Kuncinya adalah
memiliki kesadaran, kontrol diri, dan lingkungan yang mendukung agar teknologi
tidak menjadi penghalang, melainkan jembatan menuju kehidupan spiritual yang
lebih baik.