Nama
: Fenti Aisyah, S.H.I
Unit
Kerja : Kanto Urusan Agama (KUA) Kec. Talang Empat
Penyuluh
Agama Islam KementerianAgama Kabupaten Bengkulu Tengah
Tema
: bagaimana internet dan media sosial memengaruhi pemahaman agama dan bagaimana
moderasi beragama dapat diperkuat di era digital.
Tantangan
dan peluang moderasi beragama di era digital menjadi topik yang semakin relevan
dalam kehidupan modern. Perkembangan teknologi, khususnya internet dan media
sosial, membawa dampak besar terhadap cara individu memahami dan mengamalkan
agama. Di satu sisi, era digital memberikan akses yang lebih luas terhadap
informasi keagamaan, tetapi di sisi lain, juga membuka ruang bagi penyebaran
paham yang ekstrem dan radikal. Oleh karena itu, diperlukan upaya kolektif
untuk memperkuat moderasi beragama dalam menghadapi berbagai tantangan yang
muncul akibat perkembangan teknologi.
Salah
satu tantangan utama dalam moderasi beragama di era digital adalah maraknya
informasi keagamaan yang tidak terverifikasi. Internet memungkinkan siapa saja
untuk menyebarkan pandangan mereka mengenai agama tanpa adanya filter yang
jelas. Hal ini dapat menyebabkan penyebaran ajaran yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai moderasi dan toleransi. Banyak kelompok yang memanfaatkan media
sosial untuk menyebarkan paham radikal, sering kali dengan narasi yang menarik
dan provokatif untuk menarik perhatian masyarakat, terutama generasi muda yang
aktif di dunia digital.
Selain
itu, algoritma media sosial sering kali memperkuat polarisasi dengan
menampilkan konten yang selaras dengan pandangan pengguna. Fenomena ini dikenal
sebagai echo chamber, di mana seseorang hanya terpapar pada informasi yang
memperkuat keyakinannya tanpa adanya sudut pandang alternatif. Akibatnya,
masyarakat menjadi lebih rentan terhadap radikalisasi karena mereka hanya
menerima informasi yang mendukung satu sudut pandang tertentu. Hal ini menjadi
tantangan besar dalam membangun pemahaman agama yang inklusif dan moderat.
Moderasi
beragama juga menghadapi tantangan berupa ujaran kebencian dan intoleransi yang
sering kali ditemukan di media sosial. Banyak individu atau kelompok yang
menggunakan platform digital untuk menyebarkan kebencian terhadap kelompok
agama lain. Ujaran kebencian ini tidak hanya merusak keharmonisan sosial,
tetapi juga dapat memicu konflik yang lebih luas. Tanpa regulasi yang efektif,
ujaran kebencian dapat terus berkembang dan memperkuat ekstremisme dalam
masyarakat.
Meskipun
demikian, era digital juga membawa peluang besar bagi moderasi beragama.
Teknologi memungkinkan penyebaran pesan-pesan moderat dengan jangkauan yang
lebih luas dan cepat. Media sosial, blog, dan platform berbagi video dapat
digunakan untuk mempromosikan pemahaman agama yang lebih inklusif dan damai.
Para pemuka agama, akademisi, dan tokoh masyarakat dapat memanfaatkan platform
digital untuk menyebarkan ajaran agama yang menekankan toleransi dan
keberagaman.
Pendidikan
berbasis digital juga menjadi peluang dalam memperkuat moderasi beragama. Dengan
adanya kursus daring, webinar, dan platform edukasi digital, masyarakat dapat
mengakses sumber belajar yang lebih kredibel mengenai ajaran agama. Institusi
pendidikan dan organisasi keagamaan dapat bekerja sama untuk menyediakan konten
edukatif yang menanamkan nilai-nilai moderasi dalam beragama. Langkah ini dapat
membantu mengurangi dampak negatif dari informasi keagamaan yang menyesatkan di
internet.
Kolaborasi
antara pemerintah, masyarakat, dan perusahaan teknologi juga menjadi faktor
kunci dalam memperkuat moderasi beragama di era digital. Pemerintah dapat
mengembangkan regulasi yang lebih ketat untuk mengawasi konten keagamaan yang
berpotensi merusak kerukunan sosial. Di sisi lain, platform media sosial dapat
menerapkan kebijakan yang lebih efektif dalam menangkal penyebaran ujaran
kebencian dan ekstremisme.
Kesadaran
digital masyarakat juga harus ditingkatkan agar mereka lebih kritis dalam
menyaring informasi yang mereka konsumsi. Literasi digital menjadi keterampilan
yang sangat penting untuk membedakan antara informasi yang kredibel dan yang
bersifat provokatif. Masyarakat harus didorong untuk tidak mudah percaya pada
informasi yang belum diverifikasi dan lebih mengandalkan sumber yang terpercaya
dalam memahami ajaran agama.
Di
tengah berbagai tantangan yang ada, moderasi beragama di era digital tetap
dapat diperkuat dengan pendekatan yang tepat. Pemanfaatan teknologi untuk
menyebarkan nilai-nilai moderasi, pendidikan digital, regulasi yang tepat,
serta peningkatan literasi digital menjadi langkah-langkah strategis dalam
menghadapi dampak negatif internet terhadap pemahaman agama. Dengan kerja sama
antara berbagai pihak, moderasi beragama dapat terus berkembang dan menjadi
benteng dalam menghadapi radikalisme serta ekstremisme di era digital.