Digitalisasi Dakwah: Peluang dan Tantangan Berdakwah di Era Media Sosial

 


Oleh : Suripah, S.Kom.I (Penyuluh Agama Islam KUA Kec. Talang Empat)

Perkembangan teknologi dan media sosial di era digital saat ini memberikan perubahan besar dalam kehidupan umat manusia, termasuk dalam hal berdakwah. Digitalisasi dakwah menjadi keniscayaan bagi para dai dan pegiat dakwah untuk menyampaikan pesan Islam secara lebih luas dan efektif.

 

Islam sebagai agama dakwah mendorong umatnya untuk terus menyampaikan ajaran Islam di segala ruang dan waktu. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman, "Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik" (QS. An-Nahl: 125). Ayat ini relevan di era modern, di mana dakwah kini dapat dilakukan bukan hanya secara langsung, tetapi juga melalui platform digital.

 

Media sosial seperti Instagram, YouTube, TikTok, hingga podcast telah menjadi panggung dakwah baru yang menjangkau jutaan orang tanpa batas geografis. Dakwah kini bisa dinikmati oleh masyarakat dari berbagai latar belakang, usia, dan budaya dengan sangat cepat. Ini merupakan peluang besar bagi umat Islam untuk memperkenalkan Islam sebagai agama rahmat bagi seluruh alam.

 

Kelebihan utama dakwah digital adalah kemudahan akses dan kecepatan penyebaran pesan. Seorang dai atau konten kreator Muslim bisa menyampaikan tausiyah dalam hitungan menit dan langsung diakses oleh ribuan bahkan jutaan orang di seluruh dunia. Hal ini membuka ruang dakwah yang jauh lebih luas dibandingkan metode konvensional.

 

Selain itu, digitalisasi dakwah memungkinkan kreativitas yang lebih beragam. Video pendek, desain grafis, artikel, hingga podcast Islami menjadi media yang efektif untuk menyampaikan nilai-nilai Islam dengan cara yang menarik, sesuai dengan karakteristik audiens masa kini. Pendekatan visual dan audio membuat pesan dakwah lebih mudah diterima dan dipahami.

 

Namun, di balik peluang besar ini, terdapat pula tantangan yang harus dihadapi. Salah satu tantangan utama adalah derasnya arus informasi yang seringkali bercampur dengan hoaks atau konten yang tidak sesuai dengan nilai Islam. Umat Islam harus berhati-hati dalam memilih dan menyebarkan konten dakwah agar tidak terjebak pada misinformasi.

 

Tantangan lain adalah munculnya fenomena dakwah instan, di mana sebagian orang yang belum memiliki pemahaman mendalam tentang Islam turut serta menyampaikan pesan agama di media sosial tanpa landasan ilmu yang kuat. Ini bisa menyebabkan penyimpangan dalam pemahaman ajaran Islam di masyarakat.

 

Allah SWT berfirman, "Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta: 'Ini halal dan ini haram', untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah" (QS. An-Nahl: 116). Ayat ini menjadi peringatan agar para dai digital berhati-hati dan berlandaskan ilmu sebelum menyampaikan dakwahnya.

 

Selain itu, media sosial juga sering kali menjadi ladang perdebatan dan konflik antar sesama Muslim karena perbedaan sudut pandang dalam menyikapi isu keagamaan. Padahal, Islam mengajarkan umatnya untuk berdialog dengan adab dan penuh hikmah, seperti yang disebutkan dalam ayat, "Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab melainkan dengan cara yang paling baik" (QS. Al-Ankabut: 46).

 

Umat Islam perlu membangun budaya literasi digital yang sehat dan bijak. Menyaring informasi sebelum menyebarkannya adalah bagian dari akhlak mulia dalam bermedia. Sebab, di balik setiap pesan yang disampaikan di media sosial, ada pertanggungjawaban yang besar di hadapan Allah SWT.

 

Digitalisasi dakwah juga menuntut para dai untuk terus belajar dan meng-upgrade kemampuan, baik dari sisi pemahaman agama maupun penguasaan teknologi. Tidak cukup hanya menyampaikan pesan, namun cara penyampaian yang sesuai dengan perkembangan zaman juga sangat penting agar dakwah bisa diterima dengan baik oleh generasi digital.

 

Keberadaan komunitas dakwah online juga menjadi salah satu strategi efektif untuk membangun solidaritas dan gerakan dakwah yang masif di media sosial. Melalui kolaborasi antar dai dan pegiat dakwah digital, pesan Islam dapat disampaikan dengan lebih profesional dan terstruktur.

 

Dakwah digital bukan hanya tugas para dai, tetapi seluruh umat Islam yang aktif di dunia maya. Rasulullah SAW bersabda, “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari). Hadis ini menegaskan bahwa setiap Muslim memiliki andil dalam menyampaikan kebaikan, termasuk di ruang digital.

 

Di era media sosial yang penuh dengan informasi viral, umat Islam perlu menjaga niat dalam berdakwah agar tetap ikhlas karena Allah SWT. Jangan sampai dakwah hanya menjadi ajang mencari popularitas atau pengikut semata, melainkan fokus pada tujuan utama yaitu menyebarkan kebenaran dan kebaikan.

 

Pada akhirnya, digitalisasi dakwah adalah sebuah amanah besar yang menuntut kebijaksanaan dan keteladanan. Semoga umat Islam mampu memanfaatkan media sosial sebagai sarana untuk memperluas dakwah yang membawa manfaat bagi dunia dan akhirat. Allah SWT berfirman, “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa” (QS. Al-Maidah: 2).

 


LihatTutupKomentar