Oleh : Suripah, S.Kom.I (Penyuluh Agama Islam KUA Kec. Talang Empat)
Revolusi Industri 4.0 telah
membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk dunia
pendidikan. Era ini ditandai dengan kemajuan teknologi yang pesat seperti
kecerdasan buatan, Internet of Things (IoT), dan big data yang memengaruhi pola
pikir dan perilaku masyarakat global. Dalam konteks ini, pendidikan Islam juga
dituntut untuk beradaptasi agar tetap relevan dan mampu menjawab tantangan
zaman.
Allah SWT berfirman, “Dan
katakanlah: Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” (QS. Taha:
114). Ayat ini menjadi motivasi bagi umat Islam untuk senantiasa mengembangkan
keilmuan, termasuk melakukan inovasi dalam bidang pendidikan. Pendidikan Islam
di era Revolusi Industri 4.0 harus mampu mengintegrasikan nilai-nilai keislaman
dengan kemajuan teknologi untuk mencetak generasi yang unggul secara spiritual
dan intelektual.
Salah satu adaptasi yang penting
dilakukan adalah penyesuaian kurikulum agar tidak hanya fokus pada aspek
religius semata, tetapi juga pada penguasaan keterampilan abad ke-21 seperti
literasi digital, berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas. Hal ini penting
agar peserta didik mampu bersaing di tengah perubahan global tanpa kehilangan
identitas keislaman.
Metode pembelajaran juga perlu
mengalami transformasi. Jika sebelumnya metode ceramah mendominasi, kini
diperlukan pendekatan yang lebih interaktif dan memanfaatkan teknologi digital.
Penggunaan platform e-learning, aplikasi pembelajaran, dan media sosial dapat
menjadi sarana efektif untuk menyampaikan materi keislaman secara menarik dan
mudah diakses oleh generasi muda yang akrab dengan dunia digital.
Rasulullah SAW telah menekankan
pentingnya menyampaikan ajaran Islam dengan cara yang sesuai dengan kondisi
umat. “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari). Di
era ini, pesan tersebut dapat diterjemahkan dengan memaksimalkan teknologi
digital sebagai sarana dakwah dan pendidikan yang lebih luas dan efektif.
Pendidikan Islam juga perlu
membekali peserta didik dengan pemahaman tentang etika penggunaan teknologi.
Tanpa adanya nilai-nilai moral yang kuat, kemajuan teknologi dapat menimbulkan
dampak negatif seperti penyebaran hoaks, cyberbullying, dan kecanduan media
sosial. Oleh karena itu, penanaman akhlak mulia dan nilai-nilai Islam harus
menjadi prioritas utama dalam kurikulum pendidikan Islam modern.
Selain itu, kolaborasi antara
lembaga pendidikan Islam dan sektor industri juga perlu ditingkatkan. Kerja
sama ini akan membuka peluang bagi lulusan madrasah atau pesantren untuk
terlibat langsung dalam dunia kerja yang semakin didominasi oleh teknologi.
Pendidikan Islam harus mampu mencetak generasi yang tidak hanya ahli dalam
bidang agama, tetapi juga memiliki keterampilan yang relevan dengan kebutuhan
industri.
Penting juga untuk mempersiapkan
para guru dan tenaga pendidik agar melek teknologi. Guru yang adaptif terhadap
perkembangan zaman akan lebih mudah membimbing peserta didik menghadapi
tantangan Revolusi Industri 4.0. Dalam Islam, guru memiliki peran mulia sebagai
penerus risalah Rasulullah SAW dalam mendidik generasi umat yang berilmu dan
berakhlak mulia.
Pendidikan Islam di era ini juga
dapat menghidupkan kembali semangat ijtihad, yaitu berpikir kritis dan inovatif
dalam menyelesaikan persoalan-persoalan baru yang muncul akibat perubahan
zaman. Dengan demikian, umat Islam akan selalu siap menghadapi dinamika global
tanpa kehilangan esensi ajaran Islam.
Akhirnya, pendidikan Islam yang
mampu beradaptasi dengan Revolusi Industri 4.0 adalah pendidikan yang tetap
berpijak pada nilai-nilai Al-Qur'an dan sunnah, namun terbuka terhadap
perubahan dan perkembangan teknologi. Inilah wujud nyata dari rahmatan lil
‘alamin, yaitu Islam yang memberikan manfaat dan solusi bagi seluruh umat
manusia di era modern.