Tahun baru Hijriyah bukan hanya
penanda kalender semata, tetapi momentum penting untuk melakukan refleksi
mendalam dan pembaruan niat dalam kehidupan setiap Muslim. Peristiwa hijrah
Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah menjadi tonggak sejarah yang tak hanya
bersifat fisik, tetapi juga spiritual, sosial, dan peradaban. Oleh karena itu,
menyambut tahun baru Hijriyah semestinya dimaknai sebagai kesempatan untuk
melakukan hijrah jiwa—yakni berpindah dari kegelapan menuju cahaya, dari
maksiat menuju taat, dan dari lalai menuju sadar.
Dalam kehidupan remaja dan
masyarakat umum hari ini, banyak tantangan yang membuat seseorang mudah
terombang-ambing. Godaan dunia digital, pergaulan bebas, krisis identitas, dan
kehilangan arah hidup adalah tantangan nyata yang perlu dihadapi dengan
kesadaran spiritual. Maka dari itu, pembaruan niat dan muhasabah menjadi hal
yang sangat penting.
Hijrah yang hakiki bukan sekadar
pindah tempat atau penampilan luar, tetapi berpindahnya hati dan perbuatan
menuju ridha Allah. Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda:
"المُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ
مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ"
Orang yang berhijrah adalah yang
meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.
Ini menjadi dasar utama bahwa
hijrah harus melibatkan perubahan karakter dan perbaikan perilaku.
الله سبحانه وتعالى berfirman
dalam Surah Al-Hasyr:
﴿يَا أَيُّهَا ٱلَّذِينَ آمَنُوا۟
ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌۭ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۢ ۖ وَٱتَّقُوا۟
ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ﴾
"Wahai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa
yang telah diperbuatnya untuk hari esok; dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh,
Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan."
Ayat ini mendorong setiap
individu untuk melakukan evaluasi terhadap amal perbuatannya selama ini. Tahun
baru bukan hanya saat bergembira, tetapi saat mengintrospeksi diri: apakah
selama ini kita sudah menjalani hidup sesuai ajaran Allah? Apakah kita sudah
berusaha menjadi pribadi yang bermanfaat bagi sesama? Ataukah justru kita
semakin jauh dari nilai-nilai Islam?
Momentum 1 Muharram menjadi
titik tolak penting untuk menyusun kembali arah hidup. Membuat resolusi Islami
bukan sekadar daftar keinginan, tetapi niat yang disertai dengan ikhtiar untuk
menjadi lebih baik. Misalnya: memperbaiki shalat, menjaga lisan, menahan emosi,
rajin membaca Al-Qur’an, aktif dalam kegiatan positif, dan menghindari konten
negatif.
Allah juga berfirman dalam Surah
Az-Zumar:
﴿قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ
أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ
ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ﴾
"Katakanlah: Wahai
hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sungguh, Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dia-lah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."
Ayat ini adalah kabar gembira
bagi siapa saja yang ingin berhijrah jiwa. Tidak ada kata terlambat untuk
berubah. Allah membuka pintu ampunan dan kasih sayang bagi siapa pun yang
sungguh-sungguh kembali ke jalan-Nya. Ini menjadi motivasi kuat, terutama bagi
remaja yang pernah terjerumus ke dalam kesalahan dan merasa tidak layak untuk
kembali.
Hijrah jiwa juga berarti menata
kembali hubungan dengan sesama. Memaafkan orang lain, meminta maaf, mempererat
silaturahmi, dan menghindari konflik adalah bentuk hijrah sosial yang harus
dilakukan. Rasulullah adalah teladan utama dalam menjalin hubungan dengan orang
lain, bahkan kepada musuh-musuhnya sekalipun.
Allah berfirman dalam Surah
At-Tahrim:
﴿يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوا۟ تُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ تَوْبَةًۭ نَّصُوحًا﴾
"Wahai orang-orang yang
beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya
(taubatan nasuha)."
Taubat nasuha adalah bentuk
hijrah batin yang sejati. Ia mencakup penyesalan yang mendalam, meninggalkan
dosa, bertekad tidak mengulanginya, dan memperbaiki diri secara terus-menerus.
Inilah resolusi terbaik untuk menjemput tahun baru Hijriyah: kembali kepada
Allah dengan sepenuh jiwa.
Akhirnya, mari kita jadikan
tahun baru ini bukan hanya perayaan seremonial, tetapi titik awal perubahan
hakiki. Kita mulai dari diri sendiri, dari sekarang, dari hal yang kecil namun
terus-menerus. Karena sejatinya, hijrah adalah perjalanan panjang menuju
kedekatan dengan Allah, dan setiap langkah kecil kita menuju kebaikan adalah
bagian dari kemenangan spiritual.
Semoga Allah membimbing setiap
langkah hijrah kita menuju jalan yang diridhai-Nya.