oleh ustad Elemen Turis, S.Sos (Penyuluh Agama Islam KUA Kec. Pematang Tiga )
1.
Refleksi tentang Tawakal dan Keyakinan di
Tengah Ujian Zaman
Di tengah dunia yang semakin
cepat berubah, tekanan hidup bisa datang dari segala arah—krisis ekonomi,
tuntutan sosial, ketidakpastian masa depan, bahkan perasaan cemas yang kita
sendiri tidak tahu asalnya. Banyak orang merasa lelah secara mental, kehilangan
arah, dan mulai meragukan jalan hidupnya. Tapi dalam segala kebingungan itu,
ada satu pesan penting yang patut kita ingat: Allah gak pernah tinggalin
kita.
Tawakal: Bukan Pasrah, Tapi Percaya
Penuh
Tawakal sering disalahpahami
sebagai bentuk pasrah total tanpa usaha. Padahal dalam Islam, tawakal adalah
gabungan antara ikhtiar maksimal dan kepercayaan penuh bahwa hasilnya akan
terbaik menurut Allah. Kita tetap kerja keras, tetap belajar, tetap berjuang,
tapi tidak menggantungkan hati pada hasil duniawi. Hati kita tetap tenang
karena tahu bahwa Allah yang atur segalanya.
Tawakal itu seperti menanam
benih: kita siram, kita jaga, tapi kita tahu yang menumbuhkan adalah Allah.
Maka, saat usaha belum sesuai harapan, kita gak perlu panik atau putus asa.
Kita cukup bilang ke hati, “Tenang, Allah tahu usahamu, dan Dia gak akan
sia-siakan.”
Tekanan Hidup Zaman Sekarang: Ujian
atau Petunjuk?
Zaman sekarang penuh tekanan.
Kita dituntut tampil sempurna, punya pencapaian ini-itu, harus selalu
"baik-baik saja". Media sosial sering kali memperkuat ilusi bahwa
semua orang hidupnya lebih bahagia daripada kita. Padahal yang ditampilkan
belum tentu kenyataan.
Dalam kondisi seperti ini, iman
dan keyakinan pada Allah adalah pelindung terkuat. Kita diingatkan bahwa setiap
ujian adalah cara Allah mendidik hati kita. Kadang kita kehilangan sesuatu,
supaya sadar bahwa yang paling layak dimiliki hanyalah Allah. Kadang kita
jatuh, supaya tahu bahwa yang bisa bangkitkan kita cuma Allah.
Allah tidak pernah menjanjikan
hidup ini tanpa cobaan, tapi Dia janjikan bahwa siapa yang bersabar dan tetap
bergantung pada-Nya, pasti akan menemukan jalan keluar. Dalam Al-Qur’an, Allah
menyebutkan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan—bukan setelah, tapi bersama.
Artinya, bahkan di tengah badai sekalipun, masih ada rahmat-Nya yang menyertai.
Yakin Itu Menenangkan
Keyakinan kepada Allah membuat
kita kuat menghadapi apa pun. Kalau Allah yang jadi sandaran, kita gak akan
terlalu takut dengan penilaian manusia. Kita gak akan panik walau belum dapat
apa yang kita inginkan. Karena kita tahu, kalau memang baik, Allah akan kasih.
Kalau belum dikasih, mungkin waktunya belum pas, atau Allah punya ganti yang
lebih indah.
Keyakinan ini bikin hati adem.
Kita bisa senyum walau lagi berat. Kita bisa sabar tanpa mengeluh
terus-menerus. Dan kita bisa tetap bersyukur walau sedang diuji.
Menumbuhkan Tawakal dalam
Keseharian
Menumbuhkan tawakal itu proses.
Mulai dari hal-hal kecil: sebelum tidur, baca doa dan serahkan harimu ke Allah.
Kalau gagal dalam sesuatu, jangan langsung menyalahkan diri, tapi coba bilang,
“Mungkin ini bukan jalanku, tapi Allah sedang membimbingku ke jalan yang lebih
tepat.”
Biasakan ngobrol sama Allah
lewat doa, bukan cuma minta, tapi curhat. Saat lagi down, sujud lebih lama.
Saat resah, buka mushaf dan baca ayat-ayat-Nya. Karena di situlah kita akan
merasakan kehadiran-Nya yang tidak pernah jauh.
Kesimpulan: Jangan Khawatir, Kamu
Gak Sendiri
Hidup ini bukan tentang siapa
yang paling cepat sukses, tapi siapa yang paling kuat menjaga hati tetap tenang
dalam badai. Dan ketenangan itu hanya bisa datang kalau kita yakin sepenuh
hati: Allah gak pernah tinggalin kita.
Jadi kalau kamu sedang merasa
bingung, patah, atau kehilangan arah—jangan buru-buru menyerah. Berhenti
sebentar, tarik napas, dan bisikkan dalam hati: “Aku gak sendiri. Ada
Allah, dan Dia lebih tahu apa yang terbaik buatku.”