Haji dan Kesehatan Jiwa: Menyiapkan Mental Spiritual dalam Beribadah

 


Oleh : Suripah, S.Kom.I (penyuluh Agama islam KUA kec. Talang Empat) benteng


Ibadah haji adalah puncak perjalanan spiritual umat Islam. Selain membutuhkan kesiapan fisik, haji juga menuntut kesiapan mental dan spiritual, terutama bagi jamaah lanjut usia dan para petugas KBIHU yang mendampingi mereka. Materi ini bertujuan menguatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan jiwa, kesabaran, serta pembinaan batin agar ibadah haji dijalankan dengan tenang, khusyuk, dan memperoleh kemabruran.

 

Dalam menjalankan ibadah haji, banyak tantangan fisik dan psikis yang dihadapi jamaah, mulai dari cuaca ekstrem, antrean panjang, kerinduan terhadap keluarga, hingga kelelahan yang luar biasa. Oleh karena itu, kesiapan mental menjadi bagian penting agar jamaah tetap tenang dan tidak mudah stres. Ibadah haji menuntut kita untuk sabar, ikhlas, dan mengosongkan hati dari rasa keluh kesah.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

﴿ وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى ﴾

"Wa tazawwadu fa inna khaira az-zaadi at-taqwaa"

Artinya: “Berbekallah kamu, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)

 

Ayat ini menegaskan bahwa bekal terbaik dalam perjalanan haji bukan hanya logistik atau fisik, melainkan bekal spiritual berupa takwa. Takwa mencakup pengendalian emosi, ketenangan batin, dan kesabaran dalam menghadapi ujian.

 

Bagi jamaah lansia, kesiapan spiritual dapat dilakukan melalui pembiasaan dzikir harian, istighfar, dan tafakur. Dzikir memberikan ketenangan jiwa, mengalihkan fokus dari tekanan fisik menuju ketenteraman hati. Bahkan dalam ilmu psikologi, praktik spiritual seperti doa dan dzikir terbukti dapat menurunkan tingkat kecemasan dan meningkatkan stabilitas emosi.

Allah SWT berfirman:

﴿ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ ﴾

"Alaa bidzikrillahi tatma’innul quluub"

Artinya: “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

Bimbingan mental spiritual juga sangat penting bagi petugas KBIHU. Mereka tidak hanya memberikan arahan teknis, tetapi juga menjadi pendamping emosional. Maka petugas perlu dibekali kemampuan komunikasi empatik, kemampuan menenangkan jamaah yang panik, dan keterampilan konseling ringan.

Rasulullah SAW bersabda:

«وَالحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ»

Artinya: “Haji yang mabrur tidak ada balasannya kecuali surga.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Haji yang mabrur hanya bisa diraih bila dilakukan dengan hati yang sabar, jiwa yang tenang, dan penghambaan yang total. Maka, pembinaan mental spiritual sebelum dan selama berhaji sangatlah krusial. Materi bimbingan bisa disusun dalam bentuk pelatihan ketenangan diri, pembiasaan zikir, kajian makna sabar dan tawakal, serta latihan relaksasi islami seperti pernapasan sambil menyebut asma Allah.

 

Dengan kesiapan jiwa yang matang, ibadah haji tidak hanya menjadi perjalanan fisik semata, tetapi juga menjadi transformasi batin yang mendalam. Kesabaran dalam tawaf, keteguhan dalam wukuf, dan keikhlasan dalam setiap rukun akan membentuk karakter mukmin sejati yang lembut, kuat, dan berserah diri kepada Allah.

 

Semoga melalui pembinaan mental spiritual ini, jamaah lansia dan para pendampingnya dapat menjalani ibadah haji dengan penuh keikhlasan, ketenangan, dan kembali ke tanah air membawa predikat haji yang mabrur.

 


LihatTutupKomentar